Selasa, 13 Desember 2011

Perbedaannya


Beberapa hari yang lalu saya mengomentari status FB seorang teman. Muhammad Rifqi Basalamah. Dulu kami sering bersama, tidak hanya berdua tapi berduapuluh sembilan, karna kalau hanya  berdua pasti Inar akan membenci saya dulu, atau ada satu wanita lagi yang mungkin akan benci saya. Haha.

Rifqi adalah seorang pemimpin buat saya, bukan hanya karna statusnya yang memang pemimpin organisasi saya saat itu. Lebih dari itu, pokoknya saya sangat menghormatinya sebagai pemimpin saya. Tidak ada ketua yang begitu saya pedulikan selain dia, berkali-kali saya bergabung pada suatu kelompok, suatu kepanitiaan, suatu organisasi. Sampai sekarang, hanya Rifqi, yang walaupun keputusannya kadang tak sependapat dengan saya, sikapnya yang suka tidak bisa ditebak itu saya benci, diamnya yang menurutnya emas tapi saya pikir dia tidak peduli, atau pemikirannya yang suka aneh itu

Setelah jaket itu kami lepaskan bersama, tidak ada lagi kewajiban bagi kami untuk selalu berkumpul memikirkan suatu hal yang kadang malah menjadi beban kami dan mengalihkan pikiran kami dari kewajiban kami yang utama sebagai pelajar, yaitu belajar. Tapi saat itu kami senang, kami menikmati, kadang kami puas, kadang kami marah, kami sedih, kami bertengkar.

Atas nama kebersamaan yang telah tercipta kurang lebih satu setengah tahun, kami berjanji akan selalu mengingat satu sama lain, tetap rutin berkumpul walau sudah disibukan dengan urusan masing-masing. Tetap peduli. Selalu memberi kabar tentang kehidupan masing-masing, baik suka maupun duka. Sampai kami tua.

Namun nyatanya bukan kami tidak menepati janji itu, kami selalu sempatkan untuk berkumpul saat liburan semester, buka puasa bersama, halal bihalal, atau pertemuan-pertemuan lainnya. Mungkin raga tetap menyatakan kebersamaannya, tapi ada yang berbeda.

Dulu saya selalu ingin tahu apa yang ada dipikiran Rifqi, mencoba menebak-nebak, sampai membuat kompetisi dengan teman-teman yang lain, siapa yang dapat mengetahui isi pikiran Rifqi, dia hebat. Tapi sekarang, saya mana tahu apa yang sedang dia pikirkan, apa dia masih seperti yang dulu, apa Inar masih ada di hatinya, apa jiwa kepemimpinannya sekuat dulu, apa ambisinya masih sebesar dulu, dan kini pun saya tidak terlalu jauh ingin tahu permasalahannya yang sekarang, hanya bisa memberi semangat basi, itupun lewat FB.

Mungkin bagi penganut hubungan jarak jauh, kualitas kebersamaan tidak jadi akan berkurang dan menjadi masalah. Tapi buat saya itu sesuatu, sekali lagi Rifqi bukan pacar saya, tapi kami berhubungan, hubungan pertemanan. Dan jarak yang terbentang begitu terasa buat saya, berkurangnya komunikasi antara kami juga menjadi penyebabnya. Hal ini juga berlaku untuk yang lainnya.

Saya baru tahu kalau Happy sudah putus dengan pacar yang lama dan pacaran lagi sama pacar yang baru, yang katanya gimbal.
Saya gatau lagi siapa yang suka digalauin Windy.
Saya ketinggalan informasi kalo Sacha udah punya pacar baru.
......
Dan informasi lainnya, yang kalau dulu pasti saya orang pertama yang tahu, kalau tidak tahu, saya akan mencari tahu dengan berbagai cara yang orang lain tidak akan menyangka sampai saya akhirnya tahu. Haha.

Walaupun begitu saya tetap masih sayang mereka dan peduli dengan mereka dengan cara saya sekarang. Mereka yang daritadi saya sebut adalah mereka yang sudah saya anggap sebagai keluarga pertama saya di SMAN 81, mereka dan saya yang tergabung dalam satu kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah untuk masa bakti 2008/2009, NETRADHIIRA PATTVISEKRA.


@rossyps

Minggu, 11 Desember 2011

Cerita Mereka. Mungkin. Bebas.

Well, ini bukan yang pertama kali saya menulis di blog. Ketika saya masih SMA (ciee anak kuliahan), sempat beberapa bulan saya aktif bercerita di blog. Blog sebagai media pencurahan hati saya, berisi tentang kegiatan-kegiatan yang saya lewati pada suatu hari yang saya anggap orang lain perlu tau juga makanya saya tulis di blog. Dengan gaya yang berlebihan khas anak SMA pada jaman itu. Pada dasarnya memang itu kan tujuan orang bercerita di blog, di media yang orang lain bisa saja lihat dengan gratis ini. Begitu pula mulai saat ini, saya merasa siap jika kehidupan saya kembali di ketahui khalayak publik secara cuma-cuma, tetapi dengan lebih bijaksana lagi dalam bertutur. Tentunya.

Sekarang saya mulai dewasa, high school is so last year. Kalo saya bicara begitu, seakan saya sekarang adalah mahasiswa tingkat satu ya, padahal ini sudah tahun kedua saya berkuliah. Banyak yang terjadi di kehidupan saya yang baru ini. Setahun kemarin merupakan masa adaptasi saya di kehidupan kampus.

Seorang teman pernah ngetweet gini:
@iedoradityo: In college, you find maturity and individualistic life. In high school, you find madness and integrity life. - tweeting on 2 January 2011

*@iedoradityo, seorang teman yang baru saya kenal di kampus. Seseorang yang bahkan saya tidak pernah merasa perlu mengenalnya sebelumnya, melihat penampilannya yang agak geek, kutu buku, dan suka memeluk buku sambil berjalan. Buat saya freak. Tetapi takdir pula yang kemudian mempertemukan kami, berkenalan bukan karna ternyata kami pernah sekelas di mata kuliah Pengantar Bisnis, tetapi berkenalan untuk satu kepentingan perekrutan sebuah kegiatan kompetisi kepanitiaan, yaitu maker. And now, kita satu saudara di keluarga Avarkop ;).


Walaupun saya tidak berkuliah di kampus impian saya.Walaupun saya pernah merasa berada di jurusan yang salah. Walaupun ternyata segalanya tidak lebih santai di dunia perkuliahan ketimbang saat SMA. Walaupun tidak bersama lagi dengan teman-teman lama saya. Walaupun banyak orang baru yang baik yang saya kenal. Walaupun kampus sudah lebih dekat dengan rumah. Walaupun uang jajan naik 100x lipat saat kuliah. Walaupun sudah tidak perlu lagi berangkat jam setengah 6 pagi. Walaupun sekarang jadi jarang kumpul bareng temen lama karna alasan kesibukan di kampus. Walaupun bukan lagi masanya hidup cuma buat seneng-seneng. Walaupun sekarang jadi lebih sering belajar. Walaupun sekarang harus lebih sering behave. Walaupun. Walaupun. Walaupun.

Saya tetap berterimakasih kepada seluruh orang di sekitar saya. Orang baru. Orang lama. Kalian semua yang mungkin nantinya akan menjadi topik cerita saya di blog ini.
Terima Kasih Ya Allah.

@rossyps

Matilah Rutinitas

Ceritakan. Bebas.



@rossyps