Rifqi adalah seorang pemimpin buat saya, bukan hanya karna statusnya yang memang pemimpin organisasi saya saat itu. Lebih dari itu, pokoknya saya sangat menghormatinya sebagai pemimpin saya. Tidak ada ketua yang begitu saya pedulikan selain dia, berkali-kali saya bergabung pada suatu kelompok, suatu kepanitiaan, suatu organisasi. Sampai sekarang, hanya Rifqi, yang walaupun keputusannya kadang tak sependapat dengan saya, sikapnya yang suka tidak bisa ditebak itu saya benci, diamnya yang menurutnya emas tapi saya pikir dia tidak peduli, atau pemikirannya yang suka aneh itu
Setelah jaket itu kami lepaskan bersama, tidak ada lagi kewajiban bagi kami untuk selalu berkumpul memikirkan suatu hal yang kadang malah menjadi beban kami dan mengalihkan pikiran kami dari kewajiban kami yang utama sebagai pelajar, yaitu belajar. Tapi saat itu kami senang, kami menikmati, kadang kami puas, kadang kami marah, kami sedih, kami bertengkar.
Atas nama kebersamaan yang telah tercipta kurang lebih satu setengah tahun, kami berjanji akan selalu mengingat satu sama lain, tetap rutin berkumpul walau sudah disibukan dengan urusan masing-masing. Tetap peduli. Selalu memberi kabar tentang kehidupan masing-masing, baik suka maupun duka. Sampai kami tua.
Namun nyatanya bukan kami tidak menepati janji itu, kami selalu sempatkan untuk berkumpul saat liburan semester, buka puasa bersama, halal bihalal, atau pertemuan-pertemuan lainnya. Mungkin raga tetap menyatakan kebersamaannya, tapi ada yang berbeda.
Dulu saya selalu ingin tahu apa yang ada dipikiran Rifqi, mencoba menebak-nebak, sampai membuat kompetisi dengan teman-teman yang lain, siapa yang dapat mengetahui isi pikiran Rifqi, dia hebat. Tapi sekarang, saya mana tahu apa yang sedang dia pikirkan, apa dia masih seperti yang dulu, apa Inar masih ada di hatinya, apa jiwa kepemimpinannya sekuat dulu, apa ambisinya masih sebesar dulu, dan kini pun saya tidak terlalu jauh ingin tahu permasalahannya yang sekarang, hanya bisa memberi semangat basi, itupun lewat FB.
Mungkin bagi penganut hubungan jarak jauh, kualitas kebersamaan tidak jadi akan berkurang dan menjadi masalah. Tapi buat saya itu sesuatu, sekali lagi Rifqi bukan pacar saya, tapi kami berhubungan, hubungan pertemanan. Dan jarak yang terbentang begitu terasa buat saya, berkurangnya komunikasi antara kami juga menjadi penyebabnya. Hal ini juga berlaku untuk yang lainnya.
Saya baru tahu kalau Happy sudah putus dengan pacar yang lama dan pacaran lagi sama pacar yang baru, yang katanya gimbal.
Saya gatau lagi siapa yang suka digalauin Windy.
Saya ketinggalan informasi kalo Sacha udah punya pacar baru.
......
Dan informasi lainnya, yang kalau dulu pasti saya orang pertama yang tahu, kalau tidak tahu, saya akan mencari tahu dengan berbagai cara yang orang lain tidak akan menyangka sampai saya akhirnya tahu. Haha.
Walaupun begitu saya tetap masih sayang mereka dan peduli dengan mereka dengan cara saya sekarang. Mereka yang daritadi saya sebut adalah mereka yang sudah saya anggap sebagai keluarga pertama saya di SMAN 81, mereka dan saya yang tergabung dalam satu kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah untuk masa bakti 2008/2009, NETRADHIIRA PATTVISEKRA.
@rossyps